MERAIH MIMPI
Karya :
Asri Sonya Parwati
Tanggal 23 Mei 1981 di
Sumedang, lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Tata Hadinata. Dia anak kedua
dari pasangan Een dan Juju. Tidak ada artinya nama tersebut, hanya sebagai orang
tua mereka berharap anak laki-lakinya kelak menjadi anak yang berguna, soleh,
berbakti kepada orang tuanya dan menjadi kebanggaan keluarga besarnya.
Tata tumbuh dengan
baik dan sebagaimana layaknya anak yang tinggal di kampung. Suatu hari Tata
kerumah temannya yang bernama Ujang, Tata bertanya kepada Ujang, “Hei Ujang,
ayo kita bermain di sawah bersama teman yang lain”. Ujang menjawab “Ayo saja,
tapi tunggu saya ganti pakaian dulu”. Setelah Ujang ganti baju, mereka bermain
di sawah dengan teman-teman Tata. Tidak terasa hari sudah mulai sore saatnya
Tata dan teman-temannya pulang. Sesampainya dirumah, Tata langsung mandi dan
berpakaian untuk pergi ke pengajian. Ibunya bertanya, “Tata sudah makan belum?
Kalau belum makan dulu baru pergi mengaji dan ibu akan mengantarmu”. Tata
menjawab, “Iya bu saya makan”. Selesai makan Tata langsung pergi mengaji
bersama ibunya. Setiap sore dari mulai umur 4 tahun Tata sudah mulai belajar
mengaji di musola yang dekat dengan rumah. Orangtuanya dengan senang hati
mengantarkan anaknya ke musola dengan harapan anaknya bisa menjadi panutan
nanti di masa tuanya.
Di desa, anak
laki-laki sebelum masuk SD itu harus disunat terlebih dahulu. Tata ingin sekali
masuk SD tetapi dia takut untuk sunat. Ibunya bertanya, “Tata ingin masuk SD
kan? Sunat dulu ya. Tidak sakit ko nanti ibu dan bapak belikan hadiah”. Tata
menjawab, “Iya bu saya ingin sekali masuk SD tapi saya takut sekali bu. Tapi
saya sekarang sudah tidak takut lagi kalau ibu ingin membelikan saya hadiah”
ungkap Tata dengan gembira. Akhirnya Tata disunat dan dia masuk SD dengan usia
kurang lebih 6 tahun. Tata mendaftar ke SD diantar oleh bapaknya. Setelah masuk
SD, dia sangat pintar di kelasnya. Dari kelas 1 sampai kelas 6 dia selalu
mendapatkan ranking 1. Akhirnya Tata menyelesaikan sekolah SDnya selama 6 tahun
dan dia melanjutkannya ke SMP. Dari awal masuk SD Tata sudah menunjukan
kecerdasannya yaitu bisa meraih ranking 1 dikelasnya. Tata masuk di SMPN 1
Ujungjaya, Sumedang. Setelah 3 tahun Tata mendapatkan gelar anak teladan di
sekolahnya. Orangtuanya sangat bangga dengan anaknya itu dan orangtuanya
menasihatkan,”Tata anak yang membanggakan bagi orangtua, jadilah anak yang
selalu penurut kepada orangtua dan anak yang membanggakan bagi ibu, bapak dan
keluarga besar”. Tata menjawab,”Iya bu Tata selalu jadi anak yang nurut dengan
orang tua dan membanggakan”. Tidak lama setelah Tata masuk SMP kakaknya menikah
dan Tata pun sangat senang melihat kakaknya menikah.
Setelah selesai 3
tahun di SMPN 1 Ujungjaya, Tata ingin sekali melanjutkannya ke STM Penerbangan
di Bandung. Dimana untuk masuk STM Penerbangan di Bandung itu harus anak yang
pintar dan nilainya harus bagus-bagus. Tata bertanya kepada orang tuanya dengan
wajah melas,” Bu,Pak, Tata boleh tidak sekolah di STM Penerbangan di Bandung?
Karena Tata ingin sekali sekolah disana”. Orang tuanya menjawab, “Tidak boleh,
itu sangat jauh dari rumah dan biayanya pun sangat mahal. Ibu dan Bapak tidak
sanggup harus membiayainya”. Tata betanya, “Tapi bu Tata ingin sekali sekolah
disana, Tata akan belajar lebih giat lagi supaya diterima bu”. Akhirnya
orangtua Tata mengizinkan Tata sekolah disana walaupun orangtuanya seorang
petani, mereka banting tulang demi menyekolahkan anaknya. Setelah Tata masuk
sekolah, orangtua dan kakaknya sangat kesepian dirumah tidak ada Tata dan
sangat rindu dengan Tata.
Setelah masuk STM,
tidak lama kemudian kakak Tata melahirkan dan Tata memiliki seorang ponakan
perempuan. Keluarga sanagt senang sekali dan Tata pun sangat bahagia. Tiga
tahun di STM Penerbangan Bandung sudah dilewati dengan mulus dan nilai-nilai
yang sangat bagus walaupun ada sedikit masalah bisa dilaluinya dengan sabar.
Keluar dari STM, kakaknya mellahirkan anak kedua Tata pun sangat senang sekali
mendapatkan 2 orang ponakan perempuan. Selain senang dengan kelahiran kakaknya,
Tata ingin kuliah, orangtuanya pun kembali bingung, uang dari mana untuk
kuliah, karena orangtua Tata mendengar dari tetangganya kalau biaya kuliah itu
mahal. Orangtua Tata bertanya, “Kamu yakin mau kuliahdi UI? Ibu dan Bapak tidak
ada biaya lagi buat kamu kuliah”. Tata menjawab,”Ya bu, pak, saya yakin ingin
kuliah di UI dan masalah biaya Tata yang biayain kuliah sendiri”. Orangtuanya
pun hanya bisa mendoakan anaknya supaya cita-cita Tata masuk UI tercapai. Tata
terus bertekad untuk kuliah dan dia pun bersikeras ingin kuliah di UI Depok.
Itu sudah cita-citanya dari dulu. SNMPTN
dia ikuti, dan alhamdulilah walaupun tidak masuk di Teknik Elektro UI
dia berhasil masuk D3 Politeknik UI. Akhirnya cita-cita Tata tercapai masuk UI.
Orangtua dan kakaknya sangat senang sekali akhirnya Tata bisa kuliah di UI.
Bapaknya berkata,”Bapak senang akhirnya kamu bisa masuk UI dengan dana yang
pas-pasan, bapak bangga dengan kamu”. Tata menjawab,”Terima kasih pak, semua
berkat doa bapak dan keluarga akhirnya Tata bisa masuk kuliah di UI”. Walaupun
dengan dana yang pas-pasan, karena Tata anak yang cerdas dia mengambil beasiswa
untuk mahasiswa supaya bisa meringankan beban orangtua.
Selesai D3, Tata masih
mau melanjutkan di S1 UI juga, sambil kerja dia kuliah. Dia akhirnya masuk S1
Teknik Elektro UI. Selama kuliah dia membiayain diri dia sendiri dari kost,
biaya kuliah dia tanggung sendiri. Betapa senang orangtuanya bisa melihat
anaknya mandiri dan tidak mebebankan orangtua. Akhirnya wisuda S1 pun dilaksanakan, keluarga
besar Tata senang sekali melihat Tata sudah wisuda di UI dengan IP 3,51 dan
Tata mendapatkan lulusan terbaik dan wisuda pun dihadiri dengan keluarga besar
beserta ponakan Tata yang sudah beranjak besar. Selesai S1 Tata melanjutkan
kuliah S2 di UI dengan jurusan yang sama dengan S1. Orangtua Tata
bertanya,”Kamu kapan menikah? Sudah waktunya kamu menikah”. Tata menjawab,”Tata
ingin menjadi PNS dulu bu, pak”. Akhirnya S2 pun telah diselesaikan dengan
lulusan terbaik yaitu IP 3,78. Alhamdulilah, akhirnya seorang anak laki-laki
dari sebuah desa dengan latar belakang pendidikan orangtua yang tidak begitu
tinggi, bisa menjadi seorang master terbaik. Sebuah cita-cita yang mungkin jauh
dari bayangan, tapi dengan usaha dan doa terutama kedua orangtua, akhirnya Tata
bisa menjadi kebanggaan keluarga dan menjadi panutan keluarga.
Dengan bekal
pendidikan yang ada, dia melamar menjadi PNS dan diterima. Tanpa dibayangkan
sebelumnya yang dulu waktu sekolah di STM Penerbangan hanya melihat pesawat di
garasi pesawat sekarang Tata bisa keliling Indonesia bahkan sampai Luar Negeri.
Setelah beberapa tahun menjadi PNS, Tata sudah bisa membetulkan rumah
orangtuanya yang dulu kurang bagus
menjadi bagus sekali. Selain sudah bisa membetulkan rumah kedua
orangtuanya, Tata juga sudah bisa membawa orangtuanya jalan-jalan dan
menyenangkan hati orangtua. Orangtua Tata berkata,”Kamu kapan menikah? Umurmu
sudah mulai dewasa”. Tata menjawab,”iya
bu, pak. Saya lagi mencarinya”.
Tidak lama kemudian
Tata mendapatkan pendamping hidupnya yaitu Amalia Hanif, mereka langsung
bertaaruf. Tata mengenalkan Amalia ke keluarga besar Tata. Ibunya berkata
kepada Tata,”Akhirnya kamu ada pendamping hidupmu”. Tata menjawab,”Iya bu ini
semua karena doa ibu”.
Beberapa minggu
kemudian akhirnya mereka melangsungkan acara lamaran di kediaman Amalia. Tata
dan kelurga besar sangat bahagia sekali akhirnya lamarannya diterima oleh
Amalia. Setelah melangsungkan lamaran, Tata dan Amalia langsung bersiap-siap
untuk melangsungkan pernikahan. Tata membiayai pernikahannya sendiri,
orangtuanya sangat bahagia.
Tanggal 15 Juni 2008,
saat yang ditunggu-tunggu tiba. Tata merasa gerogi ketika ijab kabul. Setelah
melaksanakan ijab kabul, Amalia dating dan duduk disebelah Tata dan langsung
mencium tangan Tata dan serta Tata memberi mas kawin. Perkawinan Tata dan
Amalia berlangsung dengan hikmat dan meriah.
No comments:
Post a Comment