Nama kelompok :
1. Asri Sonya Parwati
2. Gita Regina
3. Iin Fatmala
4. Ivo Rian Arofa
5. Kartikasari A
6. Michellin Hanada Fardiany
7. Mustafa Kamal
8. Nandya Puspa Andini
9. Olivia Cessaria
Kelas : 2pa15
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship.
A. Model-Model
Hubungan Interpersonal
Model sendiri menurut B.Aubrey
Fisher merupakan analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari
keseluruhan unsur, sifat, atau komponen yang penting dari sebuah fenomena.
Dengan kata lain model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori.
1) Model
pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2) Model
peranan (role model).
Hubungan
interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang
memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan
peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu
ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3) Model
permainan (games people play model).
Model
menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa
dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1. Kepribadian
orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima
dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
2. Kepribadian
orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
3. Kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4) Model
Interaksional (interacsional model).
Model ini
memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan
model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Memulai Hubungan
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni
meliputi :
1) Pembentukan
Tahap ini
sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang
permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap
perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) Informasi
demografis.
b) Sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek).
c) Rencana
yang akan datang.
d) Kepribadian.
e) Perilaku
pada masa lalu.
f) Orang lain
serta,
g) Hobi dan
minat.
2) Peneguhan
Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
a) Keakraban
(pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b) Kontrol
(kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan
siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c) Respon yang
tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator
salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback
yang tepat).
d) Nada
emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang
berlangsung).
C. Hubungan Peran
Model peran
Menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem
yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan
Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu:
a) Kompetisi,
dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang
lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan
orang lain.
b) Dominasi,
dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang
tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c) Kegagalan,
dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama
tidak tercapai.
d) Provokasi,
dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung perasaan yang lain.
e) Perbedaan
nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :
1. Berdasarkan
jumlah individu yang terlibat
a)
Hubungan
diad
Hubungan atara dua individu.
Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad
memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda
dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada
hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/
khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
b)
Hubungan
Triad
Hubungan antara tiga orang.
Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan
anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan
voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui
negosiasi).
2. Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai.
a)
Hubungan
tugas
Merupakan sebuah hubungan yang
terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
b)
Hubungan
Sosial
Merupakan hubungan yang tidak
terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk
(baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat
dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan
jangka waktu.
a)
Hubungan
jangka pendek
Merupakan hubungan yang hanya
berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
b)
Hubungan
jangka panjang
Berlangsung dalam waktu yang lama.
Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya
(misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
4. Berdasarkan
tingkat kedalaman atau keintiman.
Kedalaman
atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan
biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau
ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri
(self-disclosure).
Faktor Yang
Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, yaitu :
a)
Komunikasi efektif
b)
Ekspresi wajah
c)
Kepribadian
d)
Stereotyping
e)
Daya tarik
f)
Ganjaran
g)
Kompetensi
D. Intimasi dan
Hubungan Pribadi
Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan
atau keakraban dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas
telah banyak dikemukan oleh para ahli:
1.
Shadily dan Echols (1990)
mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling
percaya dan kekeluargaan.
2.
Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
3.
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu
hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari
oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing
yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan
aktivitas yang sama.
4.
Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan
suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal
balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi,
bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di
sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman
hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup.
Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
5.
Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi
mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara
dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada
keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan
mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh
makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat
ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi
dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon
kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan
timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi berbagi
perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima
dan menghormati satu sama lain.
E. Intimasi
dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal
·
Faktor pertama, yang baik berhubungan dengan orang
lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
·
Faktor kedua, yang menumbuhkan sikap percaya pada diri
orang lain adalah kejujuran.
·
Faktor ketiga, yang menumbuhkan sikap percaya yaitu mengurangi
sikap defensive dalam komunikasi.
CINTA DAN PERKAWINAN
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih
sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan
sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan
manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian,
memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan
mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan
perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang
merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar
pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan
diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud
untuk membentuk keluarga. Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa
berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu
ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap
perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
A. Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup bukanlah
perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka
ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih pacar yang
bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang
diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama
dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah
dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan hidup, baik
bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling
tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan
ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin pintar, seseorang harus rajin
belajar, bila ingin kaya seseorang harus berhemat, begitu pula tentang pasangan
hidup. Bila menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik.
Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan
pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan
pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita
untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik.
Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat
mereka masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula,
begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga
kriteria dasar yaitu :
·
COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
·
COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
·
COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Berikut saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan:
1. Seiman: Memiliki
pasangan yang mempunyai arah dan tujuan yang sama merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi saya dalam menjalankan sebuah hubungan. Karena dengan dasar
sama, akan memudahkan kita dalam berhubungan.
2. Cinta
Keluarga: Bagi saya, jika pasangan saya mencintai saya, dia harus
mencintai pula keluarga saya; mama, papa dan adik saya.
3. Materi:
Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru
yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya adalah pasangan kita mampu
memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
4. Penampilan: Siapa
yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya.
Tapi pria dengan penampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi
jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
B. Hubungan Dan
Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga
marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima
tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
1. Tahap
pertama: Romantic Love. Saat ini
adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini
terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu
melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
2. Tahap
kedua: Dissapointment or Distress. Di tahap
ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan
kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk
mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang
lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai
dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Tahapan ini bisa membawa pasangan
suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah
dengan pasangannya.
3. Tahap
ketiga: Knowledge and Awareness. Tahap ini
akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga
sibuk menggali informasi tentang
bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Pasangan yang sampai di tahap ini
biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi
perkawinan.
4. Tahap
keempat: Transformation. Suami
istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku
yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi
pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah
pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan
yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan,
empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan
tentram.
5. Tahap
kelima: Real Love. Pasangan pada tahap ini akan kembali dipenuhi dengan
keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan.
Waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta
kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. Real love sangatlah mungkin
untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk
mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya
usaha Anda berdua.
C. Penyesuaian
dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu
tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang
terjadi dalam sebuah perkawinan, tidak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antar keluarga kedua belah pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik.
Hirning dan Hirning (1956)
mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang
terlihat. Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian
perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan
kebutuhan, keinginan, dan harapan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian perkawinan adalah dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai
membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling
menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan,kehidupan keluarga, dan saling
mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan. Perceraian dan
pernikahan kembali
Berikut ini beberapa hal yang
mempengaruhi penyesuaian perkawinan menurut (Dyer, 1983) :
1. Usia
2. Agama
3. Ras
4. Pendidikan
5. Keluarga pasangan
D. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Menikah Kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik
atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal
yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan
daya tariknya.
Psikolog Azin Nasseri mengatakan,
"Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan
menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun
hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami
terjadi."
Kalau saja pasangan mampu dan
berkomitmen mengatasi konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga
memutuskan untuk mengatasi rasa takut, marah dan penolakan, mereka bisa melewati
fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam hubungan,
dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta pada pasangannya.
Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan
dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan
baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan
masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi
pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang
lebih baik.
E. Alternatif Selain
Pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman,
perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu
dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian
marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup
melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat
pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang
batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi
terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan
perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang.
Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang
terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan
menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan
pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak pria menempatkan pernikahan
pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati.
Sumber :
No comments:
Post a Comment